Friday, November 4, 2011

ABG Toket Gede



Bagi para pembaca yang belum membaca ceritaku terdahulu yang berjudul “Beli Mobil Berbonus Seks, perkenalkan namaku Wawan. Aku sedang kuliah di tingkat terakhir sebuah PTS di Jakarta. Sambil kuliah, aku berwiraswasta. Terimakasih untuk temanku yang dulu memperkenalkan aku pada bisnis ini, sehingga keadaan ekonomiku sudah sangat berubah. Aku merasa sangat bersyukur, di saat banyak sarjana yang masih menganggur, aku yang masih kuliah sudah mendapatkan penghasilan besar setiap bulannya.

Kejadian ini berlangsung beberapa minggu yang lalu. Saat itu, hari Jumat sore, aku sedang mengerjakan salah satu proyekku. Seperti biasa untuk refreshing, sambil menyeruput secangkir kopi, aku membaca email email yang masuk. Segera kubalas email permintaan proposal dari pelanggan, dan aku pun kadang tertawa geli membaca email-email joke dari teman-temanku. Tetapi ada satu email yang menarik perhatianku, yaitu dari temanku yang tinggal di Bogor, Andi. Dia sedang suntuk dan mengajakku untuk refreshing ke Puncak saat aku tidak sibuk. Kebetulan besok aku tidak ada acara, hanya perlu mengambil pembayaran ke salah satu klienku. Terlebih lagi Monika, pacarku, juga sedang keluar kota bersama keluarganya.

Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi, temanku itu.

“Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue sedang nggak ada
“Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?
“Ke Surabaya.. Ada saudaranya kawinan
“Besok jangan kesiangan ya datangnya.. Jam 11-an deh
“OK

Setelah itu kunyalakan sebatang rokok, dan kuteruskan pekerjaanku.

Pagi itu, aku berangkat ke Bogor. Dalam perjalanan, aku mampir ke tempat salah satu klienku di daerah Tebet, untuk mengambil pembayaran proyek yang telah kuselesaikan. Setelah mengambil cek pembayaran, segera aku menuju tol Jagorawi. Sialnya ban mobilku sempat kempes, untungnya hal itu terjadi sebelum aku masuk jalan tol. Akibatnya, sekalipun aku telah memacu mobilku, baru sekitar jam 12.30 aku sampai di rumah Andi.

“Sialan lu.. Gue udah tunggu-tunggu dari tadi, baru dateng. Andi berkata sedikit kesal ketika membuka pintu rumahnya.
“Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di tengah jalan
“Anterin gue tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut sambungku lagi.
“Bentar.. Gue ganti dulu ya. Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke kamarnya.

Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama Siska, adik Andi, datang membawa minuman.

“Kok udah lama nggak mampir Mas?
“Iya Sis, habis sibuk.. Mesti cari duit nih jawabku.
“Mentang-mentang udah jadi pengusaha.. Sombong ya godanya sambil tertawa kecil. Siska ini memang cukup akrab denganku. Anaknya memang ramah dan menyenangkan. Kami pun bersenda gurau sambil menunggu kakaknya yang sedang bersiap.

Setelah Andi muncul, kami segera berangkat menuju tukang tambal ban terdekat. Setelah beres, aku membawa mobilku menuju sebuah bank swasta untuk mencairkan cek dari klienku. Antrian lumayan panjang hari itu, akibatnya cukup lama juga kami menghabiskan waktu di sana.

Saat keluar dari bank tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00 siang, sehingga aku mengajak Andi mampir ke sebuah restoran fast food untuk makan siang. Di restoran itu, kami bertemu dengan dua gadis ABG cantik yang masih berseragam SMA. Yang seorang berambut pendek, dengan wajah yang manis. Tubuhnya tinggi langsing, dengan kulit agak hitam, tetapi bersih. Sedangkan yang satu berwajah cantik, berkulit putih dan berambut panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling menarik perhatian adalah tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar menerawang di balik seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan mereka pun membalas dengan genit.

“Wan.. Kita ajak mereka yuk.. kata Andi.
“Boleh aja kalau mereka mau jawabku.
“Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil duit nih
“Beres deh

Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Memang Andi ini pemberani sekali dalam hal begini. Dia memang terkenal playboy, punya banyak cewek. Hal itu didukung dengan perawakannya yang lumayan ganteng.

“Lisa.. kata gadis berambut pendek itu saat mengenalkan dirinya.
“Ini temannya siapa namanya tanyaku sambil menatap gadis seksi temannya.
“Novi kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Langsung kusambut jabatan tangannya yang halus itu.

Aku dan Andi lalu pindah ke meja mereka. Kami berempat berbincang-bincang sambil menikmati hidangan masing-masing. Ketika diajak, mereka setuju untuk jalan-jalan bersama ke Puncak. Setelah selesai makan, waktu berjalan menuju mobil, kulihat payudara Novi tampak sedikit bergoyang-goyang saat dia berjalan. Ingin rasanya kulumat habis payudara gadis belia itu.

Setelah berjalan-jalan di Puncak menikmati pemandangan, kami pun cek in di sebuah motel di sana.

“Lu kan yang traktir Wan.. Lu pilih yang mana? bisik Andi saat kami sedang mengurus cek-in. Memang sebelumnya aku yang janji akan traktir, karena aku baru saja menerima pembayaran dari salah satu proyekku.
“Novi jawabku pendek.
“Hehe.. Lu nafsu liat bodynya ya? bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Setelah itu, kamipun segera cek-in. Kugandeng tangan Novi, sedangkan Andi tampak merangkul bahu Lisa menuju kamar.

Setelah kukunci pintu kamar, tak sabar langsung kudekap tubuh Novi. Langsung kucium bibirnya dengan penuh gairah. Tanganku dengan gemas meremas gundukan payudaranya. Setelah puas menciumi bibirnya, kuciumi lehernya, dan kemudian segera kubuka kancing baju seragamnya.

“Iih Mas.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya? godanya.

Tak kuhiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak kekecilan untuk menampung payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap dengan gemas daging kenyal milik Novi, gadis SMA cantik ini.

“Ahh.. Ahh erangnya ketika puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap. Tangan Novi mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain menekan kepalaku ke dadanya.
“Enak Mas.. Ahh erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan ganas menikmati payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku.
“Jilati putingnya Mas.. pintanya. Erangannya semakin menjadi dan tangannya menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang hati.

Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi wajahnya yang cantik. Lalu kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku mau. Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak sabar, kubantu dia membuka seluruh pakaianku.

“Ih.. Mas, gede banget.. desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu.
“Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?
“Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak sebesar ini. jawabnya. Tampak matanya menatap gemas ke arah kemaluanku.
“Arghh.. Enak Nov.. erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.

Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena capai berdiri, akupun pindah duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku.

“Novi isap lagi ya Mas.. Novi belum puas.. katanya lirih.

Kembali mulut gadis belia ini menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda. Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu.

“Nov.., jepit pakai susumu Nov.. pintaku.

Novi langsung meletakkan penisku di belahan payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Novi menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga gesekan daging payudaranya memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku.

“Yes.. Yes.. akupun tak kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.

Setelah puas menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas. Tanganku melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan membasahi celana dalamnya. Kusibak sedikit celana dalam itu dan kuusap-usap bibir vagina dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya semakin menjadi.

Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan badannya dan kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Kubuka celana dalamnya sehingga dia hanya tinggal mengenakan baju seragamnya yang kancingnya telah terbuka.

“Ahh.. jeritnya panjang ketika penisku mulai menerobos vaginanya yang sempit.
“Gila.. Memekmu enak banget Nov.. kataku ketika merasakan jepitan dinding vagina Novi.

Langsung kupompa penisku di dalam vagina gadis cantik itu. Sementara itu, tanganku memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Novi pun menjerit-jerit nikmat saat tubuh belianya kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja rias, wajah Novi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis belia yang sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan di balik baju seragamnya yang terbuka.

Bosan dengan posisi ini, aku kembali duduk di kursi. Novi lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Kusibakkan rambutnya yang panjang indah itu dan kuciumi lehernya yang putih mulus. Sementara itu tubuh Novi bergerak naik turun menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan sibuk meremas payudaranya.

“Ahh.. Ahh.. Ahh.. erang Novi seirama dengan goyangan badannya di atas tubuhku. Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisapnya.

Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuhnya agak ke belakang, sehingga aku dapat menghisapi payudaranya. Memang enak sekali menikmati payudara kenyal gadis cantik ini. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali kujilati puting payudara yang berwarna merah muda. Erangan Novi semakin keras terdengar, membuat aku menjadi semakin bergairah. Setelah selesai aku menikmati payudara ranumnya, kembali tubuh belia Novi mencari pelepasan gairah mudanya dengan memompa penisku naik turun dengan liar. Tak kusangka seorang gadis SMA dapat begini binal dalam bermain seks.

Cukup lama aku menikmati persetubuhan dengan gadis cantik ini di atas kursi. Lalu kuminta dia berdiri, dan kembali kami berciuman. Kubuka baju seragam sekolah berikut BH-nya sehingga sekarang kami berdua telah telanjang bulat. Kembali dengan gemas kuremas dan kuhisap payudara gadis 17 tahunan itu. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu kutuntun dia untuk merebahkan diri di atas ranjang. Aku pun kemudian mengarahkan penisku kembali ke dalam vaginanya.

“Ahh.. erang Novi kembali ketika penisku kembali menyesaki liang kewanitaannya.

Langsung kupompa dengan ganas tubuh anak sekolah ini. Erangan nikmat kami berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Novi yang cantik menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang.

“Mas.. Novi hampir sampai Mas.. Terus.. Ahh.. Ahh jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku.

Tampak dia telah mencapai orgasmenya. Kuhentikan pompaanku, dan tubuhnya pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kuperhatikan butir keringat mengalir di wajahnya nan ayu. Payudaranya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Payudara belia yang indah, besar, kenyal, dan padat. Mulutku pun dengan gemas kembali menikmati payudara itu dengan bernafsu.

Setelah itu, kucabut penisku dan kembali kujepitkan di payudaranya. Kali ini aku yang menjepitkan daging payudaranya pada penisku. Novi masih tampak terkulai lemas. Lalu kupompa kembali penisku dalam belahan payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal itu membuatku tak dapat bertahan begitu lama. Tak lama aku pun menyemburkan spermaku di atas payudara gadis SMA yang seksi ini.

Kami akhirnya menginap di motel tersebut. Selama di sana, aku sangat puas menikmati tubuh sintal Novi. Berulang kali aku menyetubuhinya, baik di atas ranjang, di meja rias, di kursi, ataupun di kamar mandi sambil berendam di bathtub. Sebenarnya ingin aku menginap lebih lama lagi, tetapi hari Senin itu aku harus menemui klienku di pagi hari, sementara ada bahan yang masih perlu dipersiapkan.

Hari Minggu malam, kami pun kembali ke Bogor. Kali ini ganti Andi yang menyetir mobilku. Lisa duduk di kursi penumpang di depan, sedangkan Novi dan aku duduk di belakang. Dalam perjalanan, melihat Novi yang cantik duduk di sebelahku, dengan rok mini yang memamerkan paha mulusnya, membuatku kembali bergairah. Akupun mulai menciuminya sambil tanganku mengusap-usap pahanya. Kusibakkan celana dalamnya, dan kumainkan vaginanya dengan jemariku.

“Ehmm.. erangnya saat klitorisnya kuusap-usap dengan gemas.

Erangannya terhenti karena mulutnya langsung kucium dengan penuh gairah. Tanganku lalu membuka baju seragam sekolahnya. Kuturunkan cup BH-nya sehingga payudaranya yang besar itu segera mencuat keluar menantang.

“Suka banget sih Mas.. Nyusuin Novi ucapnya lirih.
“Iya habis susu kamu bagus banget bisikku.

Desah Novi kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas puting payudaranya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembar gadis cantik ini hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat.

“Gantian dong Nov bisikku ketika aku sudah puas menikmati payudaranya yang ranum.

Kami pun kembali berciuman sementara tangan Novi yang halus mulai membukai resleting celanaku. Diturunkannya celana dalamku, sehingga penisku yang telah membengkak mencuat keluar dengan gagahnya. Novi pun kemudian mendekatkan wajah ayunya pada kemaluanku itu, dan rasa nikmat menjalar di tubuhku ketika mulutnya mulai mengulum penisku. Sambil menghisapi penisku, Novi mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku.

“Ihh.. Gede banget.. Lisa juga pengen dong… Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara Lisa yang ternyata entah sejak kapan memperhatikan aktifitas kami di belakang.
“Pindah aja ke sini kataku sambil mengelus-elus rambut Novi yang masih menghisapi penisku.

Lisa pun kemudian melangkah pindah ke bangku belakang. Langsung kuciumi wajahnya, yang walaupun tidak secantik Novi tetapi cukup manis. Lidahku dan lidahnya sudah saling bertaut, sementara Novi masih sibuk menikmati penisku.

“Di.. Bentar ya nanti gantian.. kataku pada Andi yang melotot melihat dari kaca spion.
“Oke deh bos.. jawabnya sambil terus melotot melihat pemandangan di bangku belakang mobilku. Setelah puas berciuman, kucabut penisku dari mulut Novi.
“Ayo Lis.. Katanya kamu suka kataku sambil sedikit menekan kepala Lisa agar mendekat ke kemaluanku.
“Iya.. Abis gede banget.. katanya sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya.
“Ahh.. Yes.. desahku saat Lisa memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Dihisapinya batang kemaluanku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Rasa nikmat yang tak terhingga menjalari seluruh syarafku.

Cukup lama juga Lisa menikmati penisku. Sementara itu Novi kembali menyodorkan payudara mudanya untuk kunikmati. Setelah beberapa lama kuhisapi payudaranya, Novi kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kemaluanku dan menciumi buah zakarku, sementara Lisa masih sibuk mengulum batang kemaluanku.

“Nih gantian Nov.. katanya sambil menyorongkan penisku ke mulut Novi yang berada di dekatnya. Novi pun dengan sigap kembali mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya. Sementara itu, kali ini gantian Lisa yang menjilati dan menciumi buah zakarku.

Saat itu aku merasa seperti sedang berada di surga. Dua orang gadis SMA yang cantik sedang menghisapi dan menjilati penisku secara bergantian. Kuelus-elus kepala gadis-gadis ABG yang sedang menikmati kelelakianku itu. Nikmat yang kurasakan membuatku merasa tak akan tahan terlalu lama lagi. Tetapi sebelumnya aku ingin menyetubuhi Lisa. Ingin kurasakan nikmat jepitan vagina gadis hitam manis ini.

Kuminta dia untuk duduk di pangkuan sambil membelakangiku. Kusibakkan celana dalamnya, sambil kuarahkan penisku dalam liang nikmatnya. Sengaja tak kuminta dia untuk membuka pakaiannya, karena aku tak mau menarik perhatian kendaraan yang melintas di luar sana.

“Ah.. desah Lisa ketika penisku mulai menyesaki vaginanya yang tak kalah sempit dengan kepunyaan Novi.

Lisa kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Novi pun tak tinggal diam, diciuminya aku ketika temannya sedang memompa penisku dalam jepitan dinding kewanitaannya. Goyangan tubuh Lisa membuatku merasa akan segera menumpahkan spermaku dalam vaginanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak ejakulasi terlebih dahulu sebelum dia orgasme. Sambil menciumi Novi, tanganku memainkan klitoris Lisa.

“Ah.. Terus Mas.. Lisa mau sampai.. desahnya. Semakin cepat kuusap-usap klitorisnya, sedangkan tubuh Lisa pun semakin cepat memompa penisku.
“Ahh.. erangnya nikmat saat mengalami orgasmenya.

Tubuhnya tampak mengejang dan kemudian terkulai lemas di atas pangkuanku. Aku pun mengerang tertahan saat aku menyemburkan ejakulasiku dalam vagina gadis manis ini. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan tisu yang tersedia.

“Mau gantian Di? tanyaku pada Andi yang tampak sudah tidak tenang membawa mobilku.
“So pasti dong jawab Andi sambil menepikan mobil di tempat yang sepi.

Kami pun berganti tempat. Aku yang membawa mobil, sedangkan Andi pindah duduk di jok belakang. Rencananya dia juga akan main threesome, tetapi Novi juga ikut beranjak ke bangku depan.

“Aku cape ah Mas.. katanya.

Andi tampak kecewa, tetapi apa boleh buat. Kami pun segera melanjutkan perjalanan kami. Kudengar suara lenguhan Andi di jok belakang. Lewat kaca spion kulihat Lisa sedang mengulum penisnya. Karena sudah puas, aku tak begitu mempedulikannya lagi.

Sesampainya di Bogor, kedua gadis itu kami turunkan di tempat semula, sambil kuberi uang beberapa ratus ribu serta uang taksi.

“Kalau ke Bogor hubungi Novi lagi ya Mas.. kata Novi manis saat kami akan berpisah. Kulihat beberapa orang memperhatikan mereka. Mungkin mereka curiga kok ada dua gadis berseragam SMA di hari Minggu, malam lagi he.. He..
“Wan.. Gue doain lu dapat banyak proyek deh.. Biar lu traktir gue kayak tadi lagi.. kata Andi ketika aku turunkan di depan rumahnya.
“Sip deh.. jawabku sambil pamit pulang.

Kukebut mobilku menyusuri jalan tol Jagorawi menuju Jakarta. Aku tersenyum puas. Yang dulu selalu menjadi obsesiku, kini bisa menjadi kenyataan. Ternyata hidup itu indah.

Tuesday, November 1, 2011

Kisah Cikgu Kalsom Part - 4




"Saya pun… Kita bersatu sekarang ye… " bisik cikgu Kalsom seperti pelacur meyakinkan pelanggannya.
Aku mengangguk perlahan tanda setuju. Cikgu Kalsom pun terus membuka seluar ku. Sebaik sahaja seluar dan spender aku terlorot hingga ke lantai, cikgu Kalsom terus sahaja menyambar batang ku yang sudah keras mencanak itu. Tanpa di suruh, dia terus menyuap batang ku ke dalam mulutnya. Seperti kelaparan gamaknya, dia menghisap batang ku penuh nafsu. Nafsu ku juga semakin tidak keruan. Lebih-lebih lagi apabila melihatkan seorang wanita yang masih lengkap berpakaian berlutut menghisap batang ku. Kepalanya yang bertudung itu maju mundur seiring dengan batang ku yang keluar masuk mulutnya. Lidahnya sengaja bermain dengan kuat di batang ku yang keras itu. Tubuhnya yang berlutut di hadapan tidak ubah seperti sarung nangka. Ianya membangkitkan nafsu ku ke tahap paling maksima.
Kemudian cikgu Kalsom berdiri di hadapan ku. Tangannya melancapkan batang ku yang sudah licin berlumuran dengan air liurnya. Kami berkucupan sekali lagi. Kali ini penuh nafsu. Gelora nafas cikgu Kalsom dapat aku dengar jelas. Nampak sangat dia dah stim gila. Tanpa membuang masa, aku terus selak baju dia dan teteknya yang besar itu membuai-buai seolah memanggil mulut ku supaya menghisapnya. Aku selak colinya dan tanpa berlengah, aku terus hisap tetek cikgu Kalsom yang besar itu. Cikgu Kalsom nampaknya menikmati hisapan ku di teteknya. Dia memeluk kepala ku supaya lebih rapat ke dadanya.
"Sedap kan sayang… " tanya cikgu Kalsom laksana pelacur murahan.
"hmmphhh… " aku hanya mampu berdehem sambil menikmati tetek cikgu Kalsom yang aku geramkan itu.
Sambil aku menghisap teteknya, cikgu kalsom cuba mancapai batang ku yang terpacak di kelengkang ku. Sebaik sahaja dia dapat menyambar batang ku, dia terus menarik batang ku rapat ke tubuhnya. Aku terpaksa melepaskan hisapan di dadanya dan berdiri rapat ke tubuhnya. Kelihatan cikgu Kalsom cuba meletakkan batang ku di kelengkangnya melalui kain yang sudah terselak ke pinggang itu. Namun, aku masih mentah lagi, belum tahu cara nak main berdiri. Cikgu Kalsom sedar kelemahan ku dalam teknik persetubuhan. Lalu dia berdiri membelakangi ku sambil dia memaut pada tiang rak buku teks.
Aku yang sudah tahu akan kehendaknya, terus memeluknya dan membenamkan batang ku ke lurah gatalnya yang sudah berair dan lecak itu. Sekali benam sahaja batang ku sudah terjerumus ke dasar cipapnya. Nampak sangat dah bobos gila cipap dia ni. Ahh.. aku tak peduli, yang penting sedap. Tanpa menunggu walau sesaat, aku terus menghayun batang ku keluar masuk cipapnya. Aku hentakkan sedalam-dalamnya membuatkan cikgu Kalsom merengek-rengek menikmati gelora nafsu yang diingininya.
"uuhhh.. sedapnya Zinn… Sedapnyaaa… kerasnyaaaa…" cikgu Kalsom merengek kesedapan.
Setelah agak lama aku bersetubuh dengannya, aku sudah hampir ke kemuncak. Tanpa memberi amaran, aku terus membenamkan batang ku sedalam-dalamnya, melepaskan pancutan padu terus ke dasar cipapnya. Apa yang aku ingat, pada waktu itu jugalah cikgu Kalsom mendengus seperti lembu kena sembelih, malah otot cipapnya yang sebelum itu aku rasakan lembut tiba-tiba jadi kejang. Nampaknya aku dan dia klimaks serentak.
Kami berkucupan penuh kepuasan selepas melayari kenikmatan perzinaan yang hina itu walau pun dalam keadaan tergesa-gesa. Namun apa yang pasti, tubuhnya aku sudah takluki.

- - - TAMAT.

Kisah Cikgu Kalsom Part - 3





Selepas peristiwa aku dilancapkan oleh cikgu Kalsom, aku menjadi begitu merinduinya. Sehari kalau aku tak nampak dia macam nak gila rasanya. Setiap kali kami bertemu, pasti hanya senyuman yang terpamer di bibir kami berdua. Senyuman yang penuh rahsia dan sulit untuk diperkatakan. Keinginan ku untuk mendampingi cikgu Kalsom lebih rapat terhalang berikutan tiada ruang waktu untuk kami bersama. Nasib baik aku gamble je ngorat dia hari tu, kalau tak, mesti susah nak dapat. Sekarang aku dah dapat, cuma waktu je tak ada yang sesuai. Lebih-lebih lagi selepas habis waktu sekolah, persekolahan sessi petang juga menjadi salah satu batu penghalang untuk kami bertemu.
Aku tahu, dia juga menginginkannya. Setiap kali kami terserempak samada di tangga atau di tempat-tempat yang tidak dilihat orang, tangannya akan meraba batang ku sekali lalu. Begitu juga dengan ku yang akan meraba cipapnya sekali lalu. Dapat sentuh sikit pun jadilah, buat ubat rindu.
Kerinduan kami berdua sudah sampai ke tahap paling kritikal. Cikgu Kalsom sering sahaja memakai baju kurung putih satin. Dari mejanya di bilik guru, dia selalu merenungku seperti meminta sesuatu. Aku tahu apa yang diinginkannya. Hinggalah pada hari itu cikgu Kalsom memberi isyarat mata kepada ku untuk mengikutnya ketika waktu rehat. Aku mengekorinya dari jauh dan kelihatan dia masuk ke bilik buku teks. Bilik tersebut memang tiada sesiapa yang akan masuk kecuali jika ada urusan berkenaan buku teks.
Di dalam bilik itu, aku perhatikan tiada sesiapa, hanya kelibat cikgu Kalsom menuju ke belakang rak. Perlahan-lahan aku tutup pintu dan biarkannya tidak berkunci supaya tidak menimbulkan syak wasangka bagi sesiapa sahaja yang memasuki bilik tersebut. Aku dapatkan cikgu Kalsom yang sedang berdiri bersandar pada rak buku teks menanti kehadiran ku. Sebaik sahaja aku mendekatinya, cikgu Kalsom terus sahaja memeluk ku erat. Aku juga memeluknya erat. Bibir kami bercantum dan berkucupan penuh nafsu. Berdecit-decit bunyi mulut kami yang berlaga sesama sendiri, sementara tangan aku tak lepas peluang meraba seluruh pelusuk tubuhnya, begitu juga dirinya.
"Zin.. saya rindu awak…" Cikgu Kalsom berkata sayu sambil mendongak memandang wajah ku.
"Saya juga rindukan awak sayang. Kalsom… saya tak tahan… " bisikku kepadanya.

BERSAMBUNG - - -

Kisah Cikgu Kalsom Part 2




Tanpa mengelak, cikgu Kalsom terus menerima kucupan dari ku dan memberikan tindak balas yang mengasyikkan. Kami kemudiannya berpelukan sambil berkucupan di dalam pantry. Tangan ku puas meraba seluruh pelusuk tubuhnya hingga aku akhirnya berjaya meraba tubuhnya dari dalam bajunya. Hook branya ku buka, buah dadanya yang besar itu akhirnya membuai-buai terdedah dari baju kurungnya yang ku selak ke atas. Berkali-kali aku menelan air liur melihat buah dadanya yang aku geramkan selama itu akhirnya berada di hadapan mata. Aku usap buah dadanya dan ku ramas-ramas perlahan. Selama ini, sepanjang pengalaman aku bersetubuh dengan wanita, tidak pernah aku menikmati buah dada sebesar milik cikgu Kalsom. Seperti betik yang sedang mengkal, putingnya yang sederhana besar dan berwarna kehitaman itu aku hisap seperti bayi kecil gamaknya. Cikgu Kalsom membiarkan perbuatan ku. Sambil tersenyum, dia menetek sambil memandang ku. Aku yang sedang sedap menghisap tetek cikgu Kalsom yang besar itu lantas mengeluarkan batang ku dari zip seluar yang telah ku buka. Aku hunuskan batang ku yang keras berurat itu ke arah peha cikgu Kalsom. Oleh kerana kedudukan ku yang membongkok itu, maka sukar untuk aku merapatkannya secara berhadapan. Lalu aku terus beralih ke bahagian kiri tubuhnya. Dengan mulutku yang masih tak mahu lepas dari teteknya, aku merangkul pinggang cikgu kalsom dari tepi lalu aku rapatkan batang ku ke pehanya. Kelicinan kain satin yang dipakai cikgu Kalsom menyentuh kepala batang ku dan ianya membuatkan batang ku semakin mengeras dan nafsu ku semakin berahi. Tangan kiri ku pula meraba perut dan tundunnya yang tembam dan masih terselindung di balik kain yang dipakainya.
Tekanan dan geselan batang ku di pehanya yang dibaluti kain yang licin itu telah membuatkan cikgu Kalsom menyedari akan tindakan ku yang semakin berani itu. Dia terus meraba-raba mencari batang ku dan akhirnya dia menggenggamnya erat.
"Awak ni.. dah tak tahan ye?" bisik cikgu Kalsom kepada ku.
Aku memandangnya, kelihatan matanya meliar melihat keadaan di luar pantry. Takut ada orang datang. Lalu aku lepaskan teteknya dari mulutku. Aku kembali berdiri tegak mengadapnya dari sisi sambil terus merangkul dan merapatkan tubuh ku ke tubuhnya.
"Saya tak tahan cikgu.. Cikgu Kalsom pegang apa tu?" aku sengaja menguji cikgu Kalsom.
"Saya pegang burung yang dah gatal ni. Kerasnyaaa… hmmm… " jawab cikgu Kalsom sambil menggenggam batang ku geram.
"Suami cikgu punya ada macam saya punya?" tanya ku untuk menambah berahinya.
"Lebih kurang, cuma awak punya.. mmm… keras sangat laa… " jawab cikgu Kalsom tersipu-sipu.
Aku yakin cikgu Kalsom sudah semakin bernafsu ketika dia memegang batang ku itu. Reaksinya sama seperti ketika aku bersetubuh dengan kak Sue dahulu. Hembusan nafasnya semakin kuat, seiring dengan tangannya yang menggenggam batang ku semakin kuat. Aku kemudian mengucup bibirnya sambil tangan ku meraba-raba punggung dan perutnya yang membuncit itu. Tundunnya sesekali aku ramas dan usap penuh geram. Kelicinan kain satin putih yang membalut tubuhnya membuatkan nafsu ku semakin membara. Cikgu Kalsom mengucup bibirku penuh nafsu. Tangannya sudah mula merocoh batang ku dan sesekali dia menggosokkan kepala batang ku di peha gebunya yang licin itu.
"Saya nak cikgu Kalsom… " kata ku berbisik kepadanya.
"Nak apa" jawab cikgu Kalsom sambil tersengih.
"Saya nak cikgu… Please… " pinta ku seperti menagih simpati.
"Sini tak boleh, bila-bila masa je cikgu-cikgu lain boleh masuk… Lain kali ye.. " cadangnya kepada ku.
"Cikgu lancapkan pun tak apa. Sekurang-kurangnya saya tak kempunan hari ni. Boleh ye sayang… "pinta ku kepadanya.
"Ok… " jawab cikgu Kalsom sambil tangannya terus melancapkan batang ku.
Sambil dia melancapkan batangku, aku kembali membetulkan pakaiannya. Hook branya ku kancing semula dan baju kurung yang ku selak tadi ku turunkan semula menutupi tubuhnya. Kemudian aku kembali meramas dan mengusap seluruh tubuhnya yang gebu itu.
"Cikgu… saya suka cikgu pakai baju kurung satin ni. Buat saya tak tahan.. " aku merintih kenikmatan dilancap oleh cikgu kalsom.
"Ye ke.. suka kain satin yang licin ni? Ok, kalau cam tu, macam mana kalau.. saya buat macam ni… " kata cikgu Kalsom sambil tangannya membaluti batang ku dengan kain baju kurung satinnya yang licin itu.
"Sedap tak?" tanya cikgu Kalsom sambil tangannya melancapkan batang ku menggunakan kain baju kurungnya.
" Ohhh… sedapnya cikguuu….. "aku semakin berahi tatkala cikgu Kalsom melancapkan batang ku.
"Cikgu… saya nak terpancutt… uuhhhh… " aku memberi amaran kepadanya.
Cikgu Kalsom nampaknya terus melancapkan batang ku tanpa menampakkan tanda-tanda hendak berhenti. Aku yang semakin kekejangan hampir ke puncak itu memeluk tubuh cikgu Kalsom penuh nafsu.
"Hmm.. keras betul lah awak punya ni… Sayang rasanya nak saya lepaskan… " cikgu Kalsom nampaknya betul-betul geram dengan batang ku.
"Cikgu Kal… Sommmm….. OOhhhhhh….. Kalsommm… sayangggg… " aku merintih serentak dengan pancutan air mani yang memancut keluar.
Cikgu Kalsom melancap batang ku yang berdenyut-denyut di dalam genggamannya. Wajahnya yang cantik itu aku tatap penuh berahi. Kemerah-merahan wajahnya menerima pancutan air mani ku yang banyak di tubuhnya itu. Batangku seperti diperah-perah tangannya.
"Banyaknya air mani awak Zin.. " Cikgu Kalsom seperti terkejut sebaik dia melihat batang ku yang selesai memancutkan air mani di dalam genggamannya.
Air mani ku yang terpancut itu kelihatan meninggalkan kesan basah yang amat besar dan banyak di baju kurungnya. Oleh kerana baju kurungnya berwarna putih, jenis satin plain pula tu, maka ianya dapat dilihat dengan jelas.
"Macam mana cikgu, nanti cikgu nak cakap apa kalau orang tegur kesan basah ni." aku bertanya ingin tahu.
"Takpe, saya cakap je air tumpah.. Balik nanti saya cuci lah. Lagi pun bukan ke kejap lagi habis waktu sekolah." cikgu Kalsom menerangkan kepada ku.
Aku menangguk setuju. Selesai sahaja perbuatan terkutuk itu, segera kami pergi ke meja masing-masing. Pada waktu pulang, aku terlihat cikgu Kalsom menunggu kehadiran suaminya di porch sekolah. Dia ternampak kelibat aku memerhatinya. Dari jauh aku lihat dia tersenyum kepada ku dan sambil itu dia memandang ke bawah, menunjukkan dia menggunakan fail sebagai penutup kesan tompokan air mani ku di baju kurungnya. Aku mengangguk memahami taktiknya dan terus berlalu dari situ menuju ke tempat letak motorsikal.

BERSAMBUNG - - -

Kisah Cikgu Kalsom Part 1




Aku mendapat kerja sementara sebagai guru sandaran. Aku mengajar matematik di sebuah sekolah rendah. Di sekolah, aku meminati seorang guru yang mengajar subjek bahasa melayu. Kalsom namanya dan dia berumur dalam lingkungan 42 ketika itu. Suaminya promoter dan pemandu van rokok. Mempunyai 2 orang anak. Cikgu Kalsom memiliki wajah yang cantik, hidungnya yang sedikit mancung itu menampilkan dirinya seperti seorang berdarah kacukan melayu-mamak. Kulitnya yang putih dan cerah itu memberikan pandangan yang menawan. Meskipun tubuhnya agak besar, maksud ku tidak gemuk, cuma besar dan tidak mempunyai shape yang menarik namun dia memiliki ciri-ciri yang ku geramkan.
Pehanya yang gebu dan betisnya yang membunting seringkali memberikan debaran di dada ku setiap kali aku memandangnya. Lebih-lebih lagi jika dia memakai pakaian favourite ku iaitu baju kurung hijau berkain satin kuning yang terbelah di hadapan, baju kurung satin putih dan baju kurung bunga-bunga hijau. Wajahnya yang cantik itu juga seringkali menaikkan nafsu ku. Dengan tudungnya yang kemas membalut kepalanya, aku seringkali tewas melancap sendirian di bilik air sambil membayangkannya. Namun, ada satu lagi yang benar-benar membuatkan aku begitu teringin sekali untuk memiliki dirinya. Sesungguhnya cikgu Kalsom memang bertuah memiliki buah dada yang besar. Buah dadanya seringkali mencuri tumpuan guru-guru lelaki dan aku tidak terkecuali. Sudah bergelen air mani aku bazirkan gara-gara keberahian ku kepadanya tidak dapat ditahan. Keinginan ku untuk memilikinya telah mendorong ku untuk menjadi lebih gentleman dan berani melakukan maksiat.
Aku memang gemar berbual dengan guru-guru yang sedang free di bilik guru. Pada hari itu, aku memang bernasib baik kerana hanya aku dan dia sahaja di bilik guru sementara kebanyakkan guru lain masih mengajar dan ada juga yang mengikuti acara sukan antara sekolah di sekolah lain. Untuk menuju ke meja ku, aku akan melalui mejanya dimana aku akan melalui belakang tubuhnya yang sedang duduk di kerusi. Dari pantry, aku mencuri-curi pandang sambil buat-buat membuat air, namun mata ku tidak lepas dari memandangnya. Aku kemudian tersedar bahawa dia ingin bangun dari kerusi dan dengan segera aku buat-buat menuju ke meja ku. Sebaik sampai di belakangnya, cikgu Kalsom yang tidak sedar aku melalui belakangnya terus bangun dan memusingkan badannya membuatkan kami berlaga dengan kuat. Memang timing aku tepat pada masa tu. Akibat dari perlanggaran tubuh kami yang kuat tubuhnya hampir rebah ke belakang. Aku yang memang sudah penuh dengan akal lantas memautnya dan terus memeluk tubuhnya erat. Dalam keadaan tubuhnya yang hampir terlentang itu, dia juga turut memaut tubuhku dan ini membuatkan pelukan kami semakin erat dan rapat. Tubuh gebunya yang licin dibaluti baju kurung satin putih itu aku ramas penuh geram. Kemudian aku menarik tubuhnya supaya dapat berdiri tegak dan stabil dan kemudian aku melepaskan pelukan ku.
"Cikgu Kalsom, maaf, saya tak dapat nak elak tadi. Cikgu Kalsom tiba-tiba je bangun dan pusing mengadap saya" aku berpura-pura meminta maaf.
"Ohh, tak pe. Saya juga minita maaf. Sepatutnya saya tengok-tengok dulu tadi. Awak ok?" tanya cikgu Kalsom penuh innocent.
"Saya ok, cikgu Kalsom ok?" aku pula bertanya dan berbuat baik seperti malaikat, sedangkan tanduk dah sebesar dunia atas kepala time tu, cuma tak nampak je.
"Saya ok, saya nak ke pantry tadi. Maaf ye.."cikgu Kalsom kembali meminta maaf.
"Tak pe cikgu.. " aku terus menuju ke meja ku setelah mengetahui bahawa dia ingin ke pantry.
Dari meja, aku perhatikan tubuhnya berjalan menuju ke pantry. Baju kurung yang licin membalut tubuhnya kelihatan sendat mengikut bentuk tubuhnya yang mampat dan gebu. Aku serta merta menggosok batang ku dari luar seluaar dan membangkitkan rasa ghairah semakin mengembang. Aku nekad, aku mesti dapatkannya. Aku mesti pancut di tubuhnya yang dibaluti baju kurung satin putih itu hari ini juga. Bukan senang nak dapat line clear dan berdua sahaja dengan dia macam tu. Aku terus bangun dari kerusi dan menuju ke pantry.
Di pantry, aku lihat cikgu Kalsom sedang mengisi air panas di dalam mug. Dia menyedari kehadiranku. Dia menoleh dan tersenyum kepada ku yang sedang tercegat memerhatikannya di pintu. Kemudian dia kembali menumpukan kepada aktivitinya membuat air. Aku berjalan perlahan-lahan menghampirinya dalam debaran yang semakin kencang.
"Nak air ke? Nak saya buatkan?" tanya cikgu Kalsom tanpa memandang ku yang sedang berdiri di sebelahnya.
"Err.. tak apa cikgu Kalsom. Saya baru lepas minum tadi. Sebenarnya saya nak minta maaf pasal tadi." kata ku gugup.
"Ehh.. tak ada apa-apalah. Saya tak kisah, lagi pun bukan salah awak. " kata cikgu Kalsom sambil memandang ku.
"Bukan pasal itu cikgu, tapi pasal tadi masa cikgu nak terjatuh, saya…. err… " aku gugup hendak meluahkan kata-kata.
"Apa dia, cakaplah.." cikgu Kalsom meyakinkan ku sambil membancuh minuman tanpa memandang ku yang sedang berdiri di sebelahnya.
"Saya peluk cikgu Kalsom. Bukan tu je, tapi saya raba sekali tubuh cikgu.. Maaf ye cikgu Kalsom.." aku meminta maaf perangkap dalam debaran.
Cikgu Kalsom terdiam, sudu yang mengacau air di dalam mug terhenti serta merta. Kemudian tanpa memandang ku, dia kembali mengacau minumannya sambil tersenyum sendirian.
"Tak pe.. saya tak kisah. Lagi pun bukan ada sesiapa nampak kan.. " kata cikgu Kalsom membuatkan aku bersorak girangan di dalam hati.
Nampaknya aku ada peluang, perangkap sudah semakin mengena sasaran nampaknya. Memang bijak betul aku mencari helah untuk menikmati tubuhnya.
"Betul ke cikgu tak kisah saya pegang-pegang tadi?" tanya ku lagi.
"Ye, tak apa.. " jawabnya ringkas.
Aku hampiri cikgu Kalsom serapat yang boleh tanpa menyentuhnya. Perlahan-lahan aku usap-usap lengannya. Kelicinan daging gebunya yang dibaluti baju kurung satin itu membuatkan aku semakin ghairah. Sesekali aku ramas-ramas lengannya.
"Zin.. awak nak buat apa ni?" tanya cikgu Kalsom sambil tersenyum memandang ku.
"Cikgu cantiklah, saya tak dapat tahan untuk peluk cikgu tadi. Lagi pun cikgu tak kisahkan? Sementara tak ada orang lagi ni, bagi saya pegang tubuh cikgu sekali lagi ye… " suara ku lembut seperti berbisik ke telinganya.
"Awak suka saya ke? Saya ni kan dah tua. Anak dah 2 orang dah. Bini orang pulak tu. " cikgu Kalsom cuba menguji nampaknya.
"Saya tak kira, saya nak juga… saya nak juga… Kalsom…… " tangan aku terus merangkul tubuhnya dan bibirku terus melekat di bibirnya.

BERSAMBUNG - - -

Metuaku Setubuhi Aku - 3


“Oohh, aku tidak bisa percaya bagaimana leganya perasaan ini, Papi sungguh baik”.
“Ini keahlianku”, jawab Frans saat dia pelan-pelan mulai menggosokkan penisnya ke pantat Ester.

Ester menyadari apa yang sedang terjadi. Dia tidak menghiraukan apa yang Frans lakukan dengan pijatannya yang mulai ’salah’ itu. Dia sangat mencintai suaminya dan tidak pernah akan mengkhianati dia. Dan bayangan tidur dengan mertuanya sangat menjijikkannya. Dia meletakkan kedua tangannya pada kaki Frans saat mencoba untuk melepaskan dirinya dari penis Frans. Tapi dengan gerakan malasnya, hanya menyebabkannya menggerakkan pantatnya naik turun selagi dia menggunakan tangannya untuk menggosok paha Frans. Tahu-tahu dia merasa sangat bergairah, dan dia ingin Johan ada di sini agar dia bisa segera bercinta dengannya. Frans tahu bahwa dia telah mendapatkannya.

“Ini mulai terasa tidak nyaman untuk aku, kenapa kita tidak pergi saja ke atas”, ajak Frans.
“Baiklah, aku belum merasa lega benar, tapi sebentar saja ya, sebab aku tidak mau membuat Papi lelah”.

Ketika mereka memasuki kamar tidur, Frans memintanya untuk membuka atasannya agar dia bisa menggosokkan lotion ke punggungnya. Dia setuju melepasnya dan dia memperlihatkan bra putihnya yang menahan payudaranya yang sekal. Gairahnya terlihat dengan puting susunya yang mengeras yang dengan jelas terlihat dari bahan bra itu. Apa yang Ester kenakan sekarang hanya bra dan jeans ketatnya, yang hampir tidak muat di pinggangnya. Ester rebah pada perutnya ketika Frans menempatkan dirinya di atas pantatnya.

“Begini jadi lebih mudah untukku”, kata Frans saat dia dengan cepat melepaskan kemejanya dan mulai untuk menggosok pinggang dan punggung Ester bagian bawah. Alkohol telah berefek penuh pada Ester ketika dia memejamkan matanya dan mulai jatuh tertidur.
“Oohh Johan”, dia mulai merintih.

Frans tidak bisa mempercayainya. Di sinilah dia, setelah 5 tahun tanpa seks, di atas tubuh menantu perempuannya yang cantik dan masih muda dan yang dipikirnya dia adalah suaminya. Pelan-pelan dilepasnya celananya sendiri, dan membalikkan tubuh Ester. Frans pelan-pelan mencium perutnya yang rata saat dia mulai melepaskan jeans Ester dengan perlahan. Vagina Ester kini mulai basah saat dia bermimpi Johan menciumi tubuhnya.

Dengan hati-hati Frans melepas jeansnya dan mulai menjalankan ciumannya ke atas pahanya. Ketika dia mencapai celana dalam yang menutupi vaginanya, dia menghirup bau harumnya, dan kemudian sedikit menarik ke samping kain celana dalam yang kecil itu dan mencium bibir vagina merah mudanya. Vaginanya lebih basah dari apa yang pernah Frans bayangkan. Ester menggerakkan salah satu tangannya untuk membelai payudaranya sendiri, sedang tangan yang lainnya membelai rambut Frans.

“Oohh Johan”, dia merintih ketika sekarang Frans menggunakan lidahnya untuk menyelidiki vaginanya. Penisnya akan meledak saat dia mulai menjalankan ciumannya ke atas tubuhnya.
“Jangan berhenti”, bisik Ester.

Dia sekarang menggerakkan penisnya naik turun di gundukannya, merangsangnya. Hanya celana dalam putih kecil yang menghalanginya memasuki vaginanya. Frans lebih melebarkan paha Ester, dan kemudian mendorong celana dalam itu ke samping saat dia menempatkan ujung penisnya pada pintu masuknya. Pelan-pelan, di dorongnya masuk sedikit demi sedikit ketika Ester kembali mengeluarkan sebuah rintihan lembut.

Sudah sekian lama dia menantikan sebuah persetubuhan yang panas, dan sekarang dia sedang dalam perjalanan ‘memasuki’ menantu perempuannya yang cantik. Dia menciumi lehernya saat menusukkan penisnya keluar masuk. Dia mulai meningkatkan kecepatannya, saat dia melepaskan branya. Frans mencengkeram kedua payudara itu dan menghisap puting susunya seperti bayi. Perasaan ini tiba-tiba membawa Ester kembali pada kenyataan saat dia membuka matanya. Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Mertuanya sedang berada di atas tubuhnya, mendorong keluar masuk ke vaginanya dengan gerakan yang mantap, dan yang paling buruk dari semua itu, dia membiarkannya terjadi begitu saja.

Frans melihat matanya terbuka, maka dia memegang kaki Ester dan meletakkannya di atas bahunya dengan jari kakinya yang menunjuk lurus ke atas. Kini dia menyetubuhinya untuk segala miliknya yang berharga.

“Oh tidak.. Hentikan.. Oh.. Tuhan.. Kita tidak boleh.. Tolong.. Oohh”, Ester berteriak. Payudaranya terguncang seperti sebuah gempa bumi ketika Frans menyetubuhinya layaknya seekor binatang.
“Hentikan Pi.. Ini tidak benar.. Oohh Tuhan”, Ester berteriak dengan pasrah.

Frans melambat, dia menunduk untuk mencium bibir Ester. Lutut Ester kini berada di sebelah kepalanya sendiri saat dia menemukan dirinya malah membalas ciuman Frans. Sesuatu telah mengambil alihnya. Lidah mereka kini mengembara di dalam mulut masing-masing ketika mereka saling memeluk dengan erat. Frans menambah lagi kecepatannya dan keluar masuk lebih cepat dari sebelumnya, Ester semakin menekan punggungnya. Frans berguling dan Ester kini berada di atas, ‘menunggangi’ penis Frans.

“Oh Tuhan, Papi merobekku”, kata Ester ketika dia meningkat gerakannya.
“Kamu sangat rapat, aku bertaruh Johan pasti kesulitan mengerjai kamu”, jawabnya.

Ini adalah vagina paling rapat yang pernah Frans ‘kerjai’ setelah dia mengambil keperawanan isterinya. Dia meraih ke atas dan memegang payudaranya, meremasnya bersamaan lalu menghisap puting susunya lagi.

“Tolong jangan keluar di dalam.. Oohh.. Papi tidak boleh keluar di dalam”.

Ester kini menghempaskan Frans jadi gila. Mereka terus seperti ini sampai Frans merasa dia akan orgasme. Dia mulai menggosok beberapa cairan di lubang pantat Ester. Dia kemudian menyuruh Ester untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak ke belakangnya, dengan penisnya mengarah pada lubang pantatnya.

“Tidak, punya Papi terlalu besar, aku belum pernah melakukan ini, Tolong Pi jangan”, Ester mengiba berusaha untuk lolos.
Tetapi itu tidak cukup untuk Frans. Sambil memegangi pinggulnya, dengan satu dorongan besar dia melesakkan semuanya ke dalam pantat Ester.
“Oohh Tuhan”, Ester menjerit, dia mencengkeram ujung tempat tidur dengan kedua tangannya.

Frans mencabut pelan-pelan dan kemudian mendorong lagi dengan cepat. Payudaranya tergantung bebas, tergguncang ketika Frans mengayun dengan irama mantap.

“Oohh Papi bangsat”.
“Aku tahu kamu suka ini”, jawab Frans, dia mempercepat gerakannya.

Ester tidak bisa percaya dia sedang menikmati sedang ‘dikerjai’ pantatnya oleh mertuanya.

“Lebih keras”, Ester berteriak, Frans memegang payudaranya dan mulai menyetubuhinya sekeras yang dia mampu. Ditariknya bahu Ester ke atas mendekat dengannya dan menghisapi lehernya.
“Aku akan keluar”, teriak Frans.
“Tunggu aku “, jawabnya.

Frans menggunakan salah satu tangannya untuk menggosok vaginanya, dan kemudian dia memasukkan dua jari dan mulai mengerjai vaginanya. Ester menjerit dengan perasaan nikmat sekarang saat dalam waktu yang bersamaan telepon berbunyi. Ester menjatuhkan kepalanya ke bantal ketika Frans mengangkat telepon, dengan satu tangan masih menggosok vaginanya.

“Halo.. Johan.. Ya dia menyambutku dengan sangat baik.. Ya aku akan memanggilnya, tunggu”, katanya saat dia menutup gagang telepon supaya Johan tidak bisa dengar suara jeritan orgasme istrinya.

Dia bisa merasakan jarinya dilumuri cairan Ester. Dengan satu dorongan terakhir dia mulai menembakkan benihnya di dalam lubang pantat Ester. Semprotan demi semprotan menembak di dalam lubang pantat rapat Ester. Mereka berdua roboh ke tempat tidur, Frans di atas punggung Ester. Penisnya masih di dalam, satu tangan masih menggosok pelan vagina Ester yang terasa sakit, tangan yang lain meremas ringan payudaranya.

“Halo Johan”, kata Ester mengangkat telepon.
“Tidak, kita belum banyak melakukan kegiatan.. Jangan cemaskan kami, hanya tolong usahakan pulang cepat.. Aku mencintaimu”.

Dia menutup dan menjatuhkan telepon itu. Mereka berbaring di sana selama lima menitan, Frans masih di atas, nafas keduanya berangsur reda. Frans mencabut jarinya yang berlumuran sperma dan meletakkannya ke mulut Ester. Dia menghisapnya hingga kering, dan kemudian bangun.

“Aku pikir lebih baik Papi keluar”, dia berkata dengan mata yang berkaca-kaca.

Dia berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi itu. Rambutnya berantakan. Frans bisa melihat cairannya yang pelan-pelan menetes turun di pantatnya, dan menurun ke pahanya.

- - - TAMAT.

Metuaku Setubuhi Aku - 2


Frans, 56 tahun, dengan perutnya yang gendut yang kebanyakan minum bir, kepalanya mulai botak dan sudah menduda selama 10 tahun. Setelah rumahnya dijual untuk membayar hutang judinya, dia terpaksa datang dan menginap di rumah putranya yang berumur 28 beserta menantu perempuannya. Sekarang dia harus menghabiskan waktunya dengan pasangan muda tersebut sampai dia dapat menemukan sebuah rumah kontrakan untuknya.

Diketuknya pintu depan dan Ester, menantu perempuannya yang berumur 24 tahun, muncul dengan memakai celana pendek putih dan kemeja biru dengan hanya tiga kancing atasnya yang terpasang, memperlihatkan perutnya yang rata. Rambutnya yang berombak tergerai sampai bahunya dan mata indahnya terbelalak menatapnya.

“Papi, aku pikir Papi baru datang besok, mari masuk”, katanya sambil berbalik memberi Frans sebuah pemandangan yang indah dari pantatnya.

Dengan tingginya yang 175 itu, dia terlihat sangat cantik. Dia mempunyai figur sempurna yang membuat lelaki mana pun akan bersedia mati untuk dapat bercinta dengannya.

“Johan masih di kantor, sebentar lagi pasti pulang.”
“Kupikir aku hanya tidak mau ketinggalan bus”, kata Frans sambil duduk.
“Tidak apa-apa”, jawab Ester sambil membungkuk ke depan untuk mengambil sebuah mug di atas meja kopi.

Dengan hanya tiga kancing yang terpasang, itu memberi Frans sebuah pemandangan yang bagus akan payudaranya, kelihatan sempurna. Memperhatikan hal tersebut menjadikan Frans ereksi dengan cepat, dan dia harus lebih berhati-hati untuk menyembunyikan reaksi tubuhnnya. Ester duduk di sofa di depan Frans dan menyilangkan kakinya, memperlihatkan pahanya yang indah. Posisi duduknya yang demikian membuat pusarnya terlihat jelas ketika dia mulai bertanya pada Frans tentang perjalanannya dan bagaimana keadaannya.

“Perjalanan yang melelahkan”, Frans menjawab sambil matanya menjelajahi dari kepala hingga kaki pada keindahan yang sedang duduk di depannya.

Sudah lebih dari 5 tahun sejak Frans berhubungan seks untuk terakhir kalinya. Setelah isterinya meninggal, Frans sering mencari wanita panggilan. Tetapi hal itu semakin membuat hutangnya menumpuk, dan dia tidak mampu lagi untuk membayarnya. Ester menyadari kalau kemejanya memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya pada mertuanya, maka dia dengan cepat segera membetulkan kancing kemejanya.

“Aku harus ke atas, mandi dan segera menyiapkan makan malam. Anggap saja rumah sendiri”, katanya sambil berjalan naik ke tangga.

Mata Frans mengikuti pantat kencangnya yang bergoyang saat berjalan di atas tangga dan dia tahu bahwa dia memerlukan beberapa ‘format pelepasan’ dengan segera. Kemudian telepon berbunyi. Frans mengangkatnya.

“Halo”
“Hallo, ini Papi ya?”, itu Johan.
“Ya Jo”, jawab Frans.
“Pi, aku khawatir harus meninggalkan Papi untuk urusan bisnis dan mungkin nggak akan kembali sampai Senin. Ada keadaan darurat. Maafkan aku soal, ini tapi Papi bisa kan bilang ini ke Ester, aku harus mengejar pesawat sekarang. Maafkan aku tapi aku akan telepon lagi nanti”.

Mereka saling mengucapkan salam lalu menutup teleponnya. Lalu Frans memutuskan untuk menaruh koper-kopernya. Dia berjalan ke atas, melewati kamar tidur utama, terdengar suara orang yang sedang mandi. Frans menaruh koper-kopernya dan pelan-pelan membuka pintu kamar tidur itu lalu menyelinap masuk. Ada sepasang celana jeans berwarna biru di atas tempat tidur, dan sebuah atasan katun berwarna putih.

Frans mengambil atasan itu dan menemukan sebuah pakaian dalam wanita di bawahnya. Ini sudah cukup. Diambilnya celana dalam itu, membuka resluiting celananya, dan mulai menggosok kemaluannya dengan itu. Jantungnya berdebar mengetahui bahwa menantu perempuannya sedang berada di kamar mandi di sebelahnya selagi dia sedang menggunakan celana dalamnya untuk ’sarana pelepasan’ dirinya. Dipercepatnya gerakannya sambil mencoba membayangkan seperti apa Ester saat di atas tempat tidur, dan bagaimana rasanya mendapatkan Ester bergerak naik turun pada penisnya.

Frans hampir dekat dengan klimaksnya ketika dia mendengar suara dari kamar mandi berhenti. Dengan cepat Frans meletakkan pakaian itu ke tempatnya semula dan keluar dari kamar itu. Dia menutup pintunya, tapi masih membiarkannya sedikit terbuka. Baru saja dia keluar, Ester muncul dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang membungkus tubuhnya. Frans bisa langsung orgasme hanya dengan melihatnya dalam balutan handuk itu, lalu dia tahu dia akan mendapatkan yang lebih baik lagi.

Ester melepas handuknya, membiarkannya jatuh ke lantai, tidak mengetahui kalau mertuanya yang terangsang sedang mengintip tiap geraknya. Dia mendekat ke pintu, saat dia pertama kali melihatnya Frans memperoleh sebuah pemandangan yang sempurna dari pantat yang sangat indah itu. Kemudian Ester memutar tubuhnya yang semakin mempertunjukkan keindahannya. Vaginanya terlihat cantik sekali dihiasi sedikit rambut dan payudaranya kencang dan sempurna, seperti yang dibayangkan Frans. Dia mulai mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, membuat payudaranya sedikit tergoncang dari sisi ke sisi. Frans menurunkan salah satu kopernya dan menggunakan tangannya untuk mulai mengocok penisnya lagi. Ester yang selesai mengeringkan rambutnya, mengambil celana dalamnya dan membungkuk ke depan untuk memakainya.

Saat melakukannya, Frans mendapatkan sebuah pemandangan yang jauh lebih baik dari pantatnya, dan dia tidak lagi mampu mengendalikan dirinya, dia bisa langsung masuk ke dalam sana dan menyetubuhinya dari belakang. Lubang anusnya yang berwarna merah muda terlihat sangat mengundang ketika pikiran Frans membayangkan apa Ester mengijinkan putranya memasukkan penisnya ke dalam lubang itu. Ketika dia membungkuk untuk memakai jeansnya, gravitasi mulai berpengaruh pada payudaranya. Penglihatan ini mengirim Frans ke garis akhir, saat dia menembakkan spermanya ke seluruh celana dalamnya. Pelan-pelan Frans mengemasi baarang-barangnya dan dengan cepat memasuki kamarnya sendiri untuk berganti pakaian.

Sesudah makan malam, mereka berdua pergi ke ruang keluarga untuk bersantai.

“Kenapa tidak kita buka sebotol wine. Aku menyimpannya untuk malam ini buat Johan tapi karena sekarang dia tidak pulang sampai hari Senin, kita bisa membukanya”, kata Ester sambil berjalan ke lemari es.
“Ide yang bagus”, jawab Frans memperhatikan Ester membungkuk ke depan untuk mengambil botol wine.

Ketika Ester mengambil gelas di atas rak, atasan putihnya tersingkap ke atas, memberi sebuah pandangan yang bagus dari tubuhnya. Atasannya menjadikan payudaranya terlihat lebih besar dan jeansnya menjadi sangat ketat, memperlihatkan lekukan tubuhnya. Frans tidak bisa menahannya lagi. Dia harus bisa mendapatkannya. Sebuah rencana mulai tersusun dalam otak mesumnya.

Dua jam berbicara dan mulai mabuk saat alkohol mulai menunjukkan efeknya pada Ester. Dengan cepat topik pembicaraan mengarah pada pekerjaan dan bagaimana Ester sedang mengalami stress belakangan ini.

“Kenapa kamu tidak mendekat kemari dan aku akan memijatmu”, tawar Frans.

Ester dengan malas berkata ya dan pelan-pelan mendekat pada Frans dan berbalik pada punggungnya lalu tangan Frans mulai bekerja pada bahunya.

“Oohh, ini sudah terasa agak baikan”, dia merintih.

Frans tetap memijat bahunya ketika perasaan mendapatkan Ester mulai mengaliri tubuhnya, membuat penisnya mengeras. Mata Ester kini terpejam saat dia benar-benar mulai menikmati apa yang sedang dilakukan Frans pada bahunya. Pantatnya kini berada di atas penis Frans, membuat Frans ereksi penuh.

BERSAMBUNG - - -

Metuaku Setubuhi Aku - 1




“Oh Tuhan, Papi merobekku”, kata Ester ketika dia meningkat gerakannya.
“Kamu sangat rapat, aku bertaruh Johan pasti kesulitan mengerjai kamu”, jawabnya.

Ini adalah vagina paling rapat yang pernah Frans ‘kerjai’ setelah dia mengambil keperawanan isterinya. Dia meraih ke atas dan memegang payudaranya, meremasnya bersamaan lalu menghisap puting susunya lagi.

“Tolong jangan keluar di dalam.. Oohh.. Papi tidak boleh keluar di dalam”.

Ester kini menghempaskan Frans jadi gila. Mereka terus seperti ini sampai Frans merasa dia akan orgasme. Dia mulai menggosok beberapa cairan di lubang pantat Ester. Dia kemudian menyuruh Ester untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak ke belakangnya, dengan penisnya mengarah pada lubang pantatnya.

“Tidak, punya Papi terlalu besar, aku belum pernah melakukan ini, Tolong Pi jangan”, Ester mengiba berusaha untuk lolos.
Tetapi itu tidak cukup untuk Frans. Sambil memegangi pinggulnya, dengan satu dorongan besar dia melesakkan semuanya ke dalam pantat Ester.
“Oohh Tuhan”, Ester menjerit, dia mencengkeram ujung tempat tidur dengan kedua tangannya.

BERSAMBUNG - - -

ML dengan Adik Ipar





Usiaku sudah hampir mencapai kepala tiga, ya... sekitar 2 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 6 orang, ironisnya hanya aku dan anak laki-lakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.

Jadi... begini nih ceritanya.
Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.

Pagi sekitar pukul 8 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah... mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh... ternyata dia bersama tantenya Liza yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Liza mengganti celana anakku, "Kemana mamanya, Za...?" tanyaku. "Lagi ke pasar Bang" jawabnya "Emang gak diberi tau, ya?" timpalnya lagi. Aku melihat Liza pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia meihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku.
"Kenapa kamu?" tanyaku heran " Anu bang..." sambil melihat kembali ke bawah.
"Oh... maaf ya, Za?" terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm... tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana.

Anehnya, Liza hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir "Abis tempur ya, Bang. Mau dong..." Katanya tanpa ragu "Haaa..." Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.

Dua hari setelah mengingat pernyataan Liza kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah... masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Luna Maya. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Liza di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan "saluran air", aku berpapasan dengan Liza yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.

Selagi aku menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor.
"Siapa?" tanyaku
"Duhhhh... kan cuma kita berdua di rumah ini, bang" jawabnya.
"Oh iya, ada apa, Za...?" tanyaku lagi
"Bang, lampu di kamar aku mati tuh"
"Cepatan dong!!"
"Oo... iya, bentar ya" balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Liza.

Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud.
"Za, kamu pegangin nih kursi ya?" perintahku "OK, bang" balasnya.
"Kok kamu belum pake baju?" tanyaku heran.
"Abisnya agak gelap, bang?"
"ooo...!?"
Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Liza. Dan... braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Liza.
"Ou...ou..." apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.
"Maaf, Za"
"Gak apa-apa bang"
Anehnya Liza tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.

Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami,
dengan berani kucium bibirnya, Liza hanya terdiam dan tidak membalas.
"Kok kamu diam?"
"Ehmm... malu, Bang"
Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Liza mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. Gunung kembar miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.
"Ouhh... sakit, Bang. Tapi enak kok"
"Za... tubuh kamu bagus sekali, sayang... ouhmmm" Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Liza tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.

Sungguh indah dan harum memeknya Liza, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.
"Adauuu.... sakiiit" tentu saja ia melonjak kesakitan.
"Oh, maaf Za"
"Jangan seperti itu dong" merintih ia
"Ayo lanjutin lagi" pintanya
"Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang" aturnya kemudian

Tubuhku kini terlentang pasrah. Liza langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.
Ohhh... Za, enak kali sayang, ah...?" kalau yang ini entah ia pelajari
dari mana, masa bodo ahh...!!
"Duh, gede amat barang mu, Bang"
"Ohhh...."
"Bang, Liza sudah tidak tahan, nih... masukin kontol mu, ya Bang"
"Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan" Liza kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang memeknya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.
"Ouuu...ahhhhh...." blessss... seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Liza.
"Aduuuh, Baaaang..... akhhhhh" Liza mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu daranya.

Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya. Liza semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.
"Akhhhh... aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih.
Ahhh... ahhh... ouhhh"
"Jangan dulu Za, tahan ya bentar" hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Liza, genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Liza terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.

"Ampuuuun... ahhhh... ahhhh... trus, Bang"
"Baaang... goyangnya cepatin lagi, ahhhh... dah mau keluar nih"
Liza tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.
"Oughhhhh... abang juga mau keluar, Za" kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Liza membana di ruang kamar.
Erangang panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.
"Akkhhhhhh..... ouughhhhh.... ouhhhhhh"
"Enak, Baaaangg...."
"Iya sayang.... ehmmmmmm" kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Liza dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.
"mmmmmmuaaachhhhh..." dikecupnya kontolku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.

Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendongku anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Liza siap dan dimanapun aku siap.

- - - TAMAT.